15 Des 2015

AGUSNIAR TAK LAGI CEMARI SUNGAI DENGAN “HAJATNYA”


DIBUAT OLEH:
MUHAMMAD FADHIL
FASILITATOR TEHNIK TIM-12 PIDIE-ACEH 
Di Era zaman sekarang ini tak lazim rasanya jika masih ada warga masyarakat yang belum memiliki fasilitas WC (Water Close) yang layak di rumahnya.  karena WC yang sehat dan layak adalah syarat  untuk mencapai program MDGs (Millenium Development Goals) dibidang sanitasi dalam menuju Indonesia sehat. Pemerintah sendiri telah membangun komitmen dalam

upaya pemenuhan sanitasi yang layak dalam mencapai tujuan MDGs tersebut.
Keharusan tak selamanya berbanding lurus dengan kenyataan. Kenyataan inilah yang terjadi didepan kami saat ini, dimana masyarakat Gampong Lampoh yang kebetulan lokasinya berada ditengan kota kecamatan Kota sigli kabupaten Pidie, ternyata masih saja banyak masyarakat yang belum memiliki WC (Water Close) di rumahnya.
Untuk memenuhi kebutuhan “Membuang Hajat” sehari-hari mereka memanfaatkan sungai yang tak jauh dari rumahnya, dan sesekali membuang hajatnya dipinggiran Tambak. Mereka tau apa yang dilakukannya itu salah, tapi apa boleh buat, kemiskinanlah yang membuat mereka bertaruh dengan malu dan bahaya dikala membuang hajat ke sungai.

Mengingat kondisi tersebut di atas yang memilukan maka BKM, dan UPL yang juga didampingi oleh Relawan melakukan Observasi lapangan untuk mengidentifikasi lebih dekat permasalahan-permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Observasi yang dilaksanakan pada bulan Desember 2014 tersebut berlangsung selama beberapa hari dan telah melahirkan gambaran kondisi riil seluruh permasalahan yang dihadapi masyarakat. Dari observasi lapangan itu pula BKM,UPL, dan Relawan telah mendapatkan kesimpulan yang bulat bahwa dari keseluruhan permasalahan yang teridentifikasi, permasalahan “Membuang Hajat” menjadi permasalahan prioritas yang harus segera dituntaskan.
Tak tanggung-tanggung dari observasi langsung tersebut didapatkan data yang fantastis yaitu ± 100 Rumah MBR belum memiliki Fasilitas WC di rumahnya. Ini adalah permasalahan yang serius dan harus segera diatasi. Untuk mengatasi permasalahan ini BKM membuat kesepakatan dengan warga akan melakukan pembangunan WC bagi masyarakat tersebut dengan BLM yang ada saat ini di Rekening BKM, dan sisanya akan dibangun dengan anggaran yang lainnya kedepan.
Dikarenakan anggaran yang ada pada saat ini hanyalah Program selaras T.A dengan total BLM Rp.125.000.000 jumlah yang telah diplotkan untuk pembangunan fisik, maka hanya dapat menampung 16 unit WC saja. Dengan anggaran yang terbatas ini BKM berharap dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat miskin.
Kegiatan telah ditetapkan beserta beserta nominal anggaran. Penerima manfaat pun telah diputuskan siapa-siapa yang akan dapat bantuan WC untuk pertama kalinya BKM mengalokasikan anggaran kepada kegiatan yang langsung menyentuh masyarakat miskin seperti ini.
Dari 16 kk miskin yang telah ditetapkan sebagai penerima bantuan WC, salah satunya adalah Agusniar. Ia adalah seorang istri dari suami berpenghasilan pas-pasan. Suaminya hanyalah pedagang buah dipasar kadang dapat uang kadang pulang dengan tangan kosong. Jangankan untuk membeli barang-barang mewah untuk kebutuhan sehari-hari saja pun tidak mencukupi. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan tiga orang anaknya, Agusniar rela menjadi buruh cuci harian dengan upah Rp.250.000 per-bulan, hal ini dilakukan demi kelangsungan keluarga mereka semata-mata.
Pada suatu pertemuan observasi dengan BKM Agusniar menuturkan “Kami memang telah lama merencanakan untuk membangun WC di rumah, Karena selama ini untuk membuang hajat harus pergi ke sungai, dan itu sangat merepotkan sekaligus dapat membahayakan keselamatan, namun rencana tersebut belum dapat kami realisasikan, karena belum ada uang yang cukup”. Pada kesempatan tersebut BKM menyampaikan kepada Agusniar bahwa akan membangun WC di rumahnya dengan dana program selaras.
Setelah beberapa bulan kemudian, BKM Sapeu Pakat telah menepati janjinya. Bangunan WC telah berdiri tegak dipinggir Rumah Agusniar dan Masyarakat miskin lainnya yang dapat jatah pembangunan WC.
Agusniar dan keluarganya tidak perlu lagi bersusah payah kesungai untuk membuang hajatnya, mereka tidak perlu lagi bertaruh dengan bahaya, mereka tidak perlu lagi menahan malu karena membuang hajat ditempat terbuka dan mencemari lingkungan dengan hajatnya. Agusniar dan keluarganya sekarang dapat dengan nyaman membuang hajat.

Setelah bangunan WC nan kokoh berdiri tegak dan Agusniar sekeluarga telah memanfaatkannya, BKM kembali mengunjunginya, pada kesempatan ini Agusniar mewakili keluarga dan masyarakat miskin lainnya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada BKM dan program Selaras karena telah perduli kepada masyarakat miskin seperti dia.  Agusniar juga berharap program dan kegiatan seperti ini harus terus berlanjut kedepannya.

11 Des 2015

Akhirnya Suriah Miliki WC di Rumah




Oleh:
Iskandar Muda Senior Faskel Tim-12 Pidie
OSP 10 P
Puluhan tahun lamanya Suriah menyandang status miskin dan tidak sanggup membangun WC. Namun, akhirnya kini mimpi itu terwujud juga. Kabar bahagia itu diterima setelah Badan Kswadayaan Masyarakat (BKM) Mulia menyatakan bahwa dirinya menjadi salah satu daftar penerima manfaat pembangunan Water Closet (WC) di Gampong Tanjong Krueng, Kecamatan Kota Sigli, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.
Suriah adalah seorang warga yang berdomisili di Gampong Tanjong Krueng. Ia tinggal bersama enam anaknya, sedangkan sang suami telah meninggal setahun silam. Walau status kurang mampu sudah lama ia sandang bersama suaminya, sejak suami tiada, Suriah merasa semakin terpuruk. Suriah tak dapat berbuat banyak, karena ia hanya seseorang yang berpendidikan sampai Sekolah Dasar (SD). Guna memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari, Suriah menjadi buruh cuci dengan bayaran pas-pasan.
Suriah tidak memiliki harta selain rumah dan tanah peninggalan orangtua dan suami yang ditempatinya saat ini. Kondisi bangunan rumah pun jauh dari kategori layak. Tidak ada fasilitas mewah. Bahkan tempat buang hajat—WC pun tak ada. Sayang, Suriah tidak bisa berbuat banyak. Penghasilan yang didapatkan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Hal ini pernah disampaikan Suriah delapan bulan lalu kepada Tim Fasilitator. “Penghasilan saya dari bekerja sebagai buruh cuci hanya sekisar tiga ratus ribu rupiah per bulan. Itupun kalau saya masih dipekerjakan. Uang tersebut hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Banyak kebutuhan pokok yang tidak bisa saya penuhi. Misalnya, selama ini di rumah tidak ada WC. Insya Allah, kalau nanti saya ada uang, mau bangun WC. Karena, selama ini untuk buang hajat (BAB) kami sekeluarga harus ke sungai. Padahal saya sangat mengkhawatirkan keselamatan anak-anak,” katanya.
Kekhawatiran tersebut pupus sudah. Kini Suriah dapat tersenyum lega. Harapan akan adanya tempat BAB yang layak telah ia miliki. Suriah dan enam orang anaknya tidak perlu lagi buang hajat ke pinggir sungai atau menggunakan kantung plastik. WC segera dibangun di rumahnya.
Hingga Agustus 2015, kami bertemu kembali dengan Suriah . WC telah berdiri setengah jadi di depan rumahnya. Suriah mengutarakan rasa syukurnya atas bantuan WC yang dibiayai oleh Program Selaras dari Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman (P2KKP). Ia berharap semoga program yang peduli kepada mayarakat tak mampu terus berlanjut di gampong.
Sementara itu, Koordinator BKM Mulia Sulaiman Mahmud menjelaskan, BKM dan masyarakat telah duduk bersama. Mereka menyepakati rencana kegiatan Program Selaras T.A 2013, dan hasil kesepakatannya adalah dana Selaras yang mereka terima akan digunakan untuk membangun WC bagi KK miskin. Pertimbangannya, masyarakat sangat membutuhkan WC. Kuota yang tertampung untuk dana saat ini adalah 12 unit. Semua yang menerima bantuan ini merupakan warga miskin Gampong Tanjong Krueng. Hingga Agustus, pekerjaan pembangunan WC KK miskin tersebut hampir rampung.
Meski demikian, menurut Sulaiman Mahmud, tidak semua anggaran Selaras T.A. 2013 digunakan untuk kegiatan fisik, seperti membangun WC dan sumur resapan. BKM juga menganggarkan untuk kegiatan sosial, seperti pelatihan menjahit gorden. Harapannya, BKM dan program yang dikelola dapat bermanfaat bagi masyarakat miskin Gampong Tanjong Krueng, baik secara langsung maupun tidak langsung. [Aceh]Ia menjelaskan, Suriah menjadi penerima manfaat WC berdasarkan urutan prioritas. Selain janda, Suriah memiliki banyak tanggungan. Oleh karena itu, Suriah menjadi salah satu nama penerima manfaat yang diprioritaskan di tingkat gampong.