13 Mar 2013

RAJA SEMALAM

oleh Iskandar Muda (Catatan) pada 8 Agustus 2010 pukul 18:46

Ogi terlihat jenuh, walau kawan- kawannya sudah berusaha menghiburnya. Malam itu sudah larut, lonceng gereja yang biasanya berdenting memecahkan keheningan tak terdengar oleh mereka. Tawa Ogi dan kawan-kawannya yang menggelegar mengalahkan semua suara di bumi malam itu. Jangkrik yang biasanya menjerit-jerit mengalunkan nadanya, pada malam itu hening, seolah tau ada yang sedang menyainginya. Kodokpun tak berani bernyanyi seakan terkalahkan oleh suara Ogi dan kawannya yang menggalakgak.

“ayo keluarkan kartumu Gi” cetus Ito sambil meraba sebuah botol minuman lalu diteguknya penuh semangat. Ogi hanya menoleh sembari melemparkan kartunya membantingnya tepat diatas kartu Ito. Seketika Ogi terbahak melihat Hamdan yang tergeletak ketiduran.

“sialan lu Dan!!” giliran lu yang naek malahan molor, upat Ito yang kelihatan kesal. Hamdan menjawab dengan dengkurannya yang melengking. “Ya udah, kita tidur aja yuk.”. Ogi yang dari tadi menahan rasa kantuk memanfaatkan kesempatan ini untuk menyudahi permainan. Lalu mereka mengambil posisinya masing-masing, Hamdan yang sudah duluan, meringkul diatas hamparan kartu yang tak sempat dibereskannya.

Dunia menjadi hening kembali, tak ada lagi yang bersuara. Hanya dengkuran Ogi yang saling sahut-sahutan dengan Hamdan. Seolah mereka benar-benar ingin membuktikannya pada dunia kalau mereka tidak hanya menjadi lawan dalam permainan kartu, tapi tidur juga saling tanding dengkur.
Sayup-sayup dari jauh terdengar alunan jangkrik yang bernyanyi. Yang tak lama kemudian makin mendekat, mereka turut mengikuti pertandingannya Ogi vs Hamdan.

Ogi yang tak sadar dengan dengkurannya, tampak pulas walau hanya beralaskan sehelai tikar pandan yang sudah sedikit robek. Tak sedikitpun mengganggu, bagi Ogi itu sudah cukup, yang penting ia dapat tidur nyaman. Tapi malam itu Ogi tampak gelisah, dia keringatan dan tidurnyapun asyik bolak – balik mengatur posisi.

“Ogi..Ogi..tunggu...” teriakan seorang pemuda jantan. Ogi tidak menghiraukannya, ia terus berusaha berlari menjauhi pemuda itu. Ogi keheranan kenapa ia terasa susah untuk berlari, padahal dia juara satu dalam lomba lari tingkat Propinsi. Ogi terus berusaha sekuat tenaga, namun sia-sia karena pemuda itu sudah berdiri tegak dihadapannya.

“ada apa gerangan menghadangi saya?” Ogi yang sedari tadi gemetar menanyainya sopan.
“aku dari “Kerajaan Malam”, aku sudah lama mencarimu anak muda..” pemuda gagah yang lebih cocok dipanggil pangeran itu menjawab tenang. Dengan gayanya khas berdiri tegap sembari melipatkan kedu tangannya diatas dada, ia melemparkan senyum.

Ogi tersentak mendengar pengakuan pangeran yang menyebutnya dari “kerajaan malam” dia teringat kembali cerita neneknya dulu, neneknya selalu menceritakan tentang “Kerajaan Malam” tatkala nenek hendak menidurkan Ogi. Bahkan Ogi juga tau dari cerita neneknya itu, kalau kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang dermawan dan bijaksana. Ogi masih ingat raja itu bernama “Raja Idaman” ia seorang raja yang gagah berani, tidak seorang pun rakyatnya yang berani melawannya. Kendatipun demikian, raja tetap mengasihi rakyat-rakyatnya. ia selalu berbagi kasih dengan semua lingkaran kerajaannya.
Mengingat cerita neneknya ini, Ogi kembali menoleh kearah pangeran yang menghadangnya. Dengan penuh rasa penasaran dan ketakutan Ogi memberanikan diri bertanya “ ada apa pangeran mengadang hamba “ ??

“Tidak usah takut anak muda, aku adalah utusan sang Raja khusus untuk menjemputmu” “kamu adalah orang yang terpilih untuk melanjutkan kerajaan” pangeran melanjutkan ucapannya.
Ogi makin terheran-heran dengan maksud pangeran yang ada dihadapannya itu. Tapi Ogi sudah mulai berani, rasa takut yang tadi menyelimuti dirinya hilang seketika setelah melihat keramahan pangeran yang tadinya ia sangka hendak membunuhnya.

“ayo anak muda sekarang kamu ikut aku” “kamu akan bahagia disana” ajakan pangeran sembari meyakinkan Ogi. Ogi hanya mengangguk sambil mengikuti jejak langkah sang pangeran yang menuntunnya melewati jalan setapak. Dalam perjalanan, Ogi terheran-heran melihat pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Dia melihat ada keanehan ketika mereka melintasi Rimba yang dilewatinya. Pepohonan serta semua jenis tumbu-tumbuhan yang ada disana seolah hidup dan menyapa hormat kearah pangeran yang berjalan gagah perkasa diantara mereka. Tapi Ogi tidak berani berkata banyak, dia hanya memendamnya dan walau jantungnya terus berdegup, dia berusaha menikmati perjalanan itu.

Perjalanan panjang yang mereka tempuh dengan berjalan kaki, akhirnya menyampaikan mereka kesebuah bukit yang tandus dan tinggi. Sang pangeran berhenti, diikuti Ogi yang hampir tidak sempat mengerem langkahnya ketika pangeran berhenti mendadak dihadapannya.
“disanalah Kerajaan Malam yang kita tuju” pangeran menunjukannya pada Ogi dengan mengarahkan telunjuk tangan kanannya. Ogi menoleh kesebuah lembah yang ada disebelah kanan mereka.
Wooow!! Ogi terpana melihat pemandangan yang indah dan aneh itu. Tidak sedikitpun terpikirkan oleh Ogi, akan melihat sendiri sebuah kerajaan nun megah yang sering diceritakan neneknya itu. Setelah beberapa saat berhenti, pangeran mengajak Ogi melanjutkan perjalanannya kembali. Sekarang Ogi sudah mulai lega, karena tempat yang dituju sudah kelihatan walau samar-samar dari perbukitan.
Pangeran mulai melangkahkan kakinya yang kekar, kembali memandu perjalanan. Raut wajah pangeranpun sedikit kelihatan cerah dari sebelumnya. Pangeran menceritakan tentang kebahagiaannya ini pada Ogi. Dalam perjalanan, pangeran menceritakan semuanya bahwa ia sudah bertahun – tahun pergi mengemban tugas ini. Ia tidak diperbolehkan pulang oleh sang raja kalau belum menemukan yang dicarinya.

“kini aku bebas..” sedikit berteriak pangeran melepaskan beban yang dipikulnya selama bertahun – tahun. Mereka terus berjalan menelusuri perbukitan menuju kerajaan malam.
Disana, sang raja gagah bijaksana bertahun – tahun menunggu kedatangan pangerannya dengan membawa apa yang diinginkannya. Seorang anak muda dari kerajaan bumi yang selalu diimpikannya. Dia adalah seorang anak yang dibisikan oleh para dewa melalui mimpi kepadanya. Seorang anak yang kelak dapat melanjutkan kepemimpinannya dalam menjalankan dan menjaga kejayaan “Kerajaan Malam” yang sedang dipimpinnya. kini Sang raja Idaman hanya dapat duduk dikorsi tahtanya yang berlapiskan emas, ia tidak dapat berbuat banyak, karena umurnya yang sudah renta. Kendatipun demikian, sang raja tetap disegani oleh rakyatnya.
Suasana subuh pada saat itu, hening dan remang-remang karena areal kerajaan itu dikelilingi gunung yang menjulang ke angkasa. Hanya disudut – sudut penjagaan yang masih terdengar bisik-bisik penjaga saling membicarakan tentang masa depan kerajaan mereka.
Keheningan disubuh hari, tiba – tiba terpecahkan dengan teriakan seorang penjaga yang berlari kencang dari gerbang penjagaan menuju pusat kerajaan.
“raja...raja..!!” dengan nafas tersengal – sengal, penjaga meneriaki nama raja. Suasana jadi ricuh, semua prajurit berlarian mengarah kepadanya, karena dikiranya ada pemberontak yang hendak membunuh raja mereka. Tak lama kemudian sang raja keluar digandeng oleh para permaisuri yang kelihatan masih nuda darinya. Kemudian penjaga yang sedikit gemeter mendekati sang raja yang selalu memancarkan aura wibawanya itu.

“berita apa yang hendak kau sampaikan padaku penjaga??” dengan nada serak karena umurnya yang sudah tua, raja menanyainya dengan penuh pasti. Seakan raja tau berita apa yang hendak disampaikan prajuritnya itu. Tidak tunggu lama lagi, penjaga langsung menceritakan apa yang telah dilihatnya diluar pintu gerbang sana.

“pangeran telah kembali tuanku”, dengan kepala menunduk penjaga mengucapkannya. “Pangeran tidak sendirian, dia bersama seorang anak yang selama ini tuanku impikan” penjaga meyakinkannya lagi tentang kedatangan pangeran kepada sang raja.

Matahari mulai terbit, sayup – sayup dari kejauhan terlihat dua orang manusia yang mendekati mengarah kepusat kerajaan. Dipintu gerbang, semua prajurit menghormatinya ketika pangeran melintas didepan mereka. Ogi, yang dari tadi hanya bisa diam seribu bahasa, hanya menyadari bahwa orang yang berjalan bersamanya sejak berminggu – minggu, ternyata adalah salah satu orang penting dalam kerajaan. Dengan dikawal beberapa orang penjaga, pangeran terus menggiring Ogi dengan langkahnya yang tegar menuju ke balai raja.

Setelah pangeran menghadap sang raja, dan mempertemuka Ogi dengannya, pangeran membawa Ogi ke pendopo pribadinya. Pangeran tau Ogi kelelahan dalam perjalanan. Sharian penuh pangeran istirahat bersama Ogi di pendopo sederhananya itu.

Keesokan harinya, barulah Pangeran membawa Ogi untuk mempertemukannya dengan Sang Raja Idaman. Ogi hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sang Raja sudah tua, tidak seperti apa yang didengarnya dalam cerita. Beliau adalah seorang yang gagah dan berani. Tapi akhirnya Ogi menjawabnya sendiri setelah ia bertatapan langsung dengan sang Raja. Walaupun sudah tua, menggentarkan setiap yang bertatapan dengannya. Semua akan tersipu kalau berhadapan dengan Raja, apalagi kalau ia berbicara. Suaranya yang pelan tapi pasti membawakan kharismatik tersendiri.
“Sembah sujud untuk tuanku” Ogi memberikan sungkem pada sang Raja. Raja hanya terkekeh dikursi tahtanya. Raja yang dikelilingi permaisuri kelihatan tenang, hanya Ogi saja yang kelihatan sedikit gagap, dia belum tau apa maksud Sang Raja ingin bertemu dengannya.
“ada apa Tuanku? Tuanku sangat ingin bertemu dengan hamba?” Ogi dengan gugup mempertanyakan maksud Sang Raja ingin bertemu dengannya. Sembari membenarkan posisi duduknya, sang Raja menceritakan semuanya pada Ogi. Tentang bisikan para Dewa kepadanya, dan tentang seorang anak kerajaan bumi yang bisa melanjutkan tahtanya.
Mendengar cerita Sang Raja, Ogi hanya bengong, tubuhnya menggigil, lalu dia mencubit – cubit pipinya, seakan dia tak percaya apa yang telah didengarnya.
“Kelak kalau kau sudah siap, untuk menjadi Raja, kau akan kunikahkan dengan putriku satu – satunya” Sang Raja melanjutkan pembicaraannya.

Tidak pernah ada yang berani membantah ucapan Sang Raja. Tidak terkacuali dengan Ogi, dia seakan terhipnotis oleh suara yang keluar dari bibir kriput tapi berwibawa itu. Ogi selalu mengangguki semua percakapan Raja. Termasuk mengikan ketika Raja Idaman menanyakan kesiapan Ogi untuk menjadi sang Raja di Kerajaan Malam.

Setelah pertemuan usai, Ogi sempat berfikir tentang putri Raja yang akan dinikahkan dengannya. Sebelumnya Nenek Ogi tidak pernah menyebutkan tentang putri tersebut. Karena yang selalu diceritakan hanyalah mengenai Sang Raja dan prajurit – prajuritnya yang gagah berani.
Berbulan – bulan lamanya Ogi berada disana, dan belum dijadikan Raja. Dia hanya ditugaskan memikirkan dan memutuskan apa yang dikehendaki Sang Raja. Akhirnya Ogi menyatakan tentang kesanggupannya untuk menggantikan posisi Raja Idaman sebagai sang penguasa di Kerajaan Malam.
Esok harinya, Raja menusgakan Pangeran untuk membuat pengumuman tentang pergantian tahta kerajaan. Pusat kota jadi padat dikerumuni rakyat dan para prajuritnya. Mereka semua penasaran tentang siapa yang akan menggantikan Raja yang tersohor itu.

Suasana riuh “pasti yang menggantikan Raja, bukan orang biasa” kalimat yang sama keluar dari ucapan semua orang yang menggerumun. Lama kemudian setelah gerumunan kepanasan menungu penobatan Raja mereka yang baru. Sang Raja Idaman keluar diikuti Ogi yang menyusulnya dari belakang.

Ogi yang berdiri tegap antara Raja dan Pangeran kelihatan sedikit mulai memancarkan auranya. Padahal pada saat itu, Ogi hanya berpakaian lusuh tidak seperti Raja dan Pangeran yang ada disampingnya.

Dengan nada tegas, Raja Idaman mengumumkan kepada segenap Rakyatnya, bahwa mulai pada saat itu. Kerajaan Malam dipimpin oleh Ogi yang berdiri disamping kirinya.
“Raja kalian kelak adalah seorang utusan dewa yang akan menjaga rakyat dan kerajaan akan mayshur ditangannya!!” Raja Idaman sedikit berteriak meyakinkan rakyatnya, kalau Ogi akan mampu sebagai Raja Kerajaan Malam.

Setelah itu, Sang Raja awal menyerahkan semua atributnya kepada sang Raja baru. Akhirnya Ogi sah menjadi raja yang besar di Kerajaan Malam. Hidup Ogi lebih bahagia setelah putri sang Raja Idaman dinikahinya.

Suatu subuh, sang Raja Ogi duduk termenung di kursi tahtanya. Beliau tidak bisa tidur walaupun hidupnya kini bahagia. Ia merasakan ada yang kurang dalam hidupnya. Ia teringat pada sahabat – sahabatnya dulu, Hamdan, Ito dan sahabat sahabat yang lain.
Tak terasa oleh sang Raja kalau beliau ketiduran di korsi tahtanya. Dengkurannya tetap tak bisa dihilangkannya, walau sudah menjadi Raja. Telinga Raja Ogi bergerak – gerak tatkala mendengar samar-samar yang memanggilnya dalam mimpi.

Makin lama suara itu makin jelas di telinga Ogi. Hamdan memanggil – manggilnya.
“Ogi...Ogi...” sembari menggoyangkan badan Ogi, Hamdan berteriak.
“permaisuri..” Ogi yang sedari tadi dibangunkan Hamdan berdesah menyebut “permaisuri’.
“woi..ne aku Hamdan!!” suara hamdan mengejutkan Ogi dari mimpinya. Ogi terperanjat lalu duduk bersila mengingat apa yang telah dimimpikannya.
Ito, yang dari tadi sudah duduk sembari menikmati segelas kopi, ditemani kriukan ranginang membuat suasana itu asyk bagi Ito.

“aku ke kamar mandi dulu” Ogi ngomel dan bergegas menuju kamar mandi yang ada dibelakang rumahnya. Setelah itu, mereka duduk berhadapan sambil menikmati hidangan. Lalu Ogi menceritakan mimpinya penuh semangat. Semua apa yang di alami dalam mimpi diceritakannya tanpa ada yang ketinggalan.

Mendengar cerita Ogi, Ito terbahak mengetawai Ogi. Lalu ledakan tawa Hamdam menyusul. Akhirnya Ogi pun turut tertawa, menertawai dirinya sendiri.
“tapi aku hebat lho” cetus Ogi bangga. Emang kau To, bisanya hanya main kartu. Ogi menunjuk Ito dengan bibirnya ngejek.
Kau juga Dan, “taunya ngorok, tak bermanfaat!!” leceh Ogi lagi ke Hamdan.
“Liat aku ni, gini – gini aku udah jadi Raja walaupun hanya semalam”
Tak terasa mereka bersenda sudah beberapa jam lamanya. Lalu Ito dan Hamdan pun pamit meninggalkan Ogi dirumahnya.
Kini Ogi tinggal sendiri bersama mimpinya. Mimpi yang sudah menjadikannya seorang “Raja Semalam”.


Banda Aceh, 6/2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar